3
tugas penulisan kreatif, deskripsi orang
Namanya Nardi. Dia sudah membuatku terpesona sejak
pertama kali bertemu dengannya beberapa tahun yang lalu. Saat itu hujan, aku
melihatnya berlari untuk berteduh di halte yang sama denganku. Aku masih ingat
penampilannya hari itu. Kemeja coklat bergaris dan jeans biru yang dikenakannya
terlihat sempurna ditubuhnya yang tinggi. Rambutnya yang lurus terlihat agak
berantakan terkena hujan, tapi itu membuatnya semakin mempesona. Dari tempatku
berdiri, aku bisa melihat hidungnya yang mancung dan bibir tipis yang seolah
membentuk senyum hangat. Garis wajahnya yang tegas dan mata tajam berpadu
dengan alis hitam yang melengkung sempurna membuat wajahnya memancarkan aura
maskulin yang nyata. Kulitnya yang kecoklatan serta bentuk lengan yang terlihat
kuat, seolah menegaskan bahwa dia adalah tipe laki-laki pekerja keras dan
mandiri.
Kuamati dia membersihkan sisa air hujan dari ransel
hitamnya yang terlihat penuh. Ah, bahkan gerakan sederhana yang dia lakukan
membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Mengamati gerak geriknya
tiba-tiba membuat hujan terasa begitu indah, langit yang mendung menjadi cerah
dimataku. Kali ini aku mengamati sepatu kets biru-putihnya yang basah. Sesekali
dia menggerakkan kakinya, mungkin pegal, atau dia berusaha mengurangi air dari
sepatu dan jeansnya. Sekali lagi aku mengamatinya, mencoba menebak kegiatan
seperti apa yang dilakukannya. Mungkin dia adalah salah satu mahasiswa di
universitas yang sama denganku, atau bisa jadi dia sudah bekerja di sebuah
instansi atau perusahaan. Aku melihat wajahnya lagi, kali ini dia menoleh
kearahku sebelum tersenyum singkat sambil menganggukkan kepalanya. Tuhan,
bahkan untuk membalas senyum itu aku tak sanggup. Perpaduan antara bibirnya
yang tersenyum tipis dan mata elang yang memancarkan sorot hangat seperti
menghipnotis, dan Aku hanya diam terpaku.
Ya, sekali lagi, namanya Nardi. Laki-laki yang
sampai saat ini masih kukagumi. Tidak ada yang berubah dari dirinya, selain
rambut lurusnya yang dipotong lebih rapi. Dia masih suka mengenakan kemeja dan
jeans, serta sepatu kets. Tidak ada yang berubah. Sorot matanya yang hangat dan
senyumnya yang bersahabat membuatku begitu mengaguminya. Tubuhnya yang tinggi,
tangan yang kokoh, dan wajah yang rupawan, begitu sempurna dimataku. Dia masih
memiliki alis hitam yang berpadu dengan mata yang tajam dan hidung mancung
serta garis bibir yang membentuk senyum. Dia bahkan masih memancarkan aura
maskulin dari garis wajahnya yang tegas dan tubuhnya yang berdiri tegak dan
kokoh. Semua itu selalu mempesona dan sempurna dimataku sejak dulu, hingga saat
ini.